Nasi Jenggo, Jinggo Jinggo Jinggo...
Nasi putih yang masih "kemepul" (= berasap) disertai aroma sambal yang menyengat, butiran-butiran serundeng, ayam suwir, dan potongan sayuran dengan aroma rempah-rempah Indonesia, melengkapi secungkup hangatnya nasi putih. Satu lagi aroma yang sangat khas di hidung kita, aroma daun pisang. Daun pisang yang hijau, sangat segar untuk dipandang dan dicium. Oh... sungguh mengusik naga-naga di perutku. Ingin sekali segera menyantapnya! Akan menjadi sarapan terhebat di muka bumi ini.
Sudah lama sekali, aku tidak melihat makanan dibungkus dengan daun pisang di Jakarta.
Aku jadi teringat waktu kecil dulu, apabila mau beli bakso, soto, atau makanan berkuah lainnya, aku selalu membawa rantang dari rumah... :)
Hampir semua makanan dikemas oleh "PLASTIK". Mungkin karena plastik dianggap lebih praktis, murah, dan awet.
Kemasan-kemasan ini, bungkus daun dan bungkus plastik, pada akhirnya akan tiba di tempat sampah.
Sampah daun akan segera terurai oleh tanah. Tapi sampah plastik membutuhkan waktu yang lama sekali untuk terurai oleh tanah.
Di Bandar Gebang, tumpukan sampah menjulang tinggi. Hampir semua sampah yang menggunung itu berbahan plastik. Tanah menjadi tidak subur.
Untunglah, nasi jinggo ini buatan istriku. Jadi aku tidak bersusah-payah untuk mencarinya. Selain sehat, nasi jinggo ini juga murah harganya.
Salam sehat.
Jumat, 23 Juli 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar